Berikut ini saya posting contoh makalah tentang Android:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan
zaman yang semakin maju dan berkembang, tentunya sangat berdampak pada
perkembangan teknologi itu sendiri apalagi ilmu yang berkaitan dengan komputer,
dimana setiap individu bersaing dalam kemajuan zaman itu sendiri. Setiap hari atau bahkan menit sangatlah
banyak bermunculan software-software baru. Di antara sekian banyak software
tentunya tidak asing di telinga kita sebagai orang yang mengikuti perkembangan
zaman apabila mendengar kata “Android”. Sekilas seperti sejenis nama robot,
akan tetapi android sendiri adalah sebuah sistem operasi yang berbasis mobile.
Bagi pengguna
smartphone khususnya mungkin amat akrab dengan sistem operasi ini. Android
sendiri saat ini sudah dapat memposisikan diri sebagai sistem operasi yang
paling banyak penggunanya untuk perangkat smartphone menyisihkan pesaingnya
seperti Symbian, Blackberry maupun iOs dari Apple Inc.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas
dari dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi.
2. Untuk mengetahui apa
yang dimaksud sistem operasi Android.
3. Agar lebih memahami
lebih jauh sistem operasi android baik dari sejarah hingga perkembangannya.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
secara garis besar rumusan masalahnya meliputi:
1. Apakah definisi
sistem operasi android?
2. Bagaimana Sejarah
munculnya sistem operasi android?
3. Bagaimana
perkembangan sistem operasi android?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Android
Android ( /ˈæn.drɔɪd/; AN-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang
untuk perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android,
Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian
membelinya pada tahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun
2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang
bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Ponsel Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.
Android adalah
sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber terbuka dan
lisensi perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi
secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator
nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah besar
komunitas pengembang aplikasi (apps) yang memperluas
fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa
pemrograman Java. Pada bulan Oktober 2012, ada sekitar
700.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan sekitar 25 juta aplikasi telah
diunduh dari Google Play, toko aplikasi utama Android. Sebuah survey
pada bulan April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah platform paling
populer bagi para pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi seluler.
Faktor-faktor di atas
telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya
sebagai sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan di dunia,
mengalahkan Symbian pada tahun 2010. Android juga menjadi
pilihan bagi perusahaan teknologi yang menginginkan sistem operasi berbiaya
rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat berteknologi tinggi
tanpa harus mengembangkannya dari awal. Akibatnya, meskipun pada awalnya sistem
operasi ini dirancang khusus untuk telepon pintar dan tablet, Android juga
dikembangkan menjadi aplikasi tambahan di televisi, konsol permainan, kamera digital, dan perangkat elektronik lainnya. Sifat Android yang
terbuka telah mendorong munculnya sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi
untuk menggunakan kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi,
dengan menambahkan fitur-fitur baru bagi pengguna tingkat lanjut atau
mengoperasikan Android pada perangkat yang secara resmi dirilis dengan
menggunakan sistem operasi lain.
Android menguasai pangsa
pasar telepon pintar global, yang dipimpin oleh produk-produk Samsung, dengan
persentase 64% pada bulan Maret 2013. Pada Juli 2013, terdapat 11.868 perangkat
Android berbeda dengan beragam versi. Keberhasilan sistem operasi ini juga
menjadikannya sebagai target ligitasi paten "perang telepon pintar" antar perusahaan-perusahaan teknologi.
Hingga bulan Mei 2013, total 900 juta perangkat Android telah diaktifkan di
seluruh dunia, dan 48 miliar aplikasi telah dipasang dari Google Play.
2.2 Sejarah Android
Android, Inc. didirikan di Palo Alto, California, pada bulan Oktober 2003 oleh Andy Rubin (pendiri Danger), Rich Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.), Nick Sears (mantan VP T-Mobile), dan Chris White (kepala desain dan pengembangan antarmuka WebTV) untuk mengembangkan "perangkat seluler pintar yang lebih sadar akan lokasi dan preferensi penggunanya". Tujuan awal pengembangan Android adalah untuk mengembangkan sebuah sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera digital, namun kemudian disadari bahwa pasar untuk perangkat tersebut tidak cukup besar, dan pengembangan Android lalu dialihkan bagi pasar telepon pintar untuk menyaingi Symbian dan Windows Mobile (iPhone Apple belum dirilis pada saat itu). Meskipun para pengembang Android adalah pakar-pakar teknologi yang berpengalaman, Android Inc. dioperasikan secara diam-diam, hanya diungkapkan bahwa para pengembang sedang menciptakan sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan bagi telepon seluler.
Masih pada tahun yang sama, Rubin kehabisan uang. Steve Perlman, seorang teman dekat Rubin, meminjaminya
$10.000 tunai dan menolak tawaran saham di perusahaan.
Google mengakuisisi Android Inc. pada tanggal 17
Agustus 2005, menjadikannya sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki
oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti Rubin, Miner dan White tetap bekerja
di perusahaan setelah diakuisisi oleh Google. Setelah itu, tidak banyak yang
diketahui tentang perkembangan Android Inc., namun banyak anggapan yang
menyatakan bahwa Google berencana untuk memasuki pasar telepon seluler dengan
tindakannya ini. Di Google, tim yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan
platform perangkat seluler dengan menggunakan kernel Linux. Google
memasarkan platform tersebut kepada produsen perangkat seluler dan operator nirkabel, dengan janji bahwa
mereka menyediakan sistem yang fleksibel dan bisa diperbarui. Google telah
memilih beberapa mitra perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras, serta
mengisyaratkan kepada operator seluler bahwa kerjasama ini terbuka bagi
siapapun yang ingin berpartisipasi.
HTC Dream, ponsel Android pertama.
Spekulasi tentang niat
Google untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang hingga bulan
Desember 2006. BBC dan Wall Street
Journal melaporkan bahwa
Google sedang bekerja keras untuk menyertakan aplikasi dan mesin pencarinya di perangkat seluler. Berbagai media cetak dan media mengabarkan bahwa
Google sedang mengembangkan perangkat seluler dengan merek Google. Beberapa di
antaranya berspekulasi bahwa Google telah menentukan spesifikasi teknisnya,
termasuk produsen telepon seluler dan operator jaringan. Pada bulan Desember
2007, Information Week melaporkan bahwa
Google telah mengajukan beberapa aplikasi paten di bidang telepon seluler.
Pada tanggal 5 November
2007, Open Handset Alliance (OHA) didirikan. OHA adalah konsorsium dari perusahaan-perusahaan teknologi seperti Google,
produsen perangkat seluler seperti HTC, Sony dan Samsung, operator
nirkabel seperti Sprint Nextel dan T-Mobile, serta produsen
chipset seperti Qualcomm dan Texas Instruments. OHA sendiri bertujuan untuk mengembangkan standar terbuka bagi perangkat seluler. Saat itu, Android diresmikan
sebagai produk pertamanya; sebuah platform perangkat seluler
yang menggunakan kernel Linux versi 2.6. Telepon seluler komersial pertama
yang menggunakan sistem operasi Android adalah HTC Dream, yang
diluncurkan pada 22 Oktober 2008.
Sejak tahun 2008, Android
secara bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk meningkatkan kinerja
sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang terdapat
pada versi sebelumnya. Setiap versi utama yang dirilis dinamakan secara
alfabetis berdasarkan nama-nama makanan pencuci mulut atau cemilan bergula;
misalnya, versi 1.5 bernama Cupcake, yang kemudian diikuti oleh versi
1.6 Donut. Versi terbaru adalah 4.4 KitKat. Pada tahun 2010,
Google merilis seri Nexus; perangkat telepon pintar dan tablet dengan
sistem operasi Android yang diproduksi oleh mitra produsen telepon seluler
seperti HTC, LG, dan Samsung.
HTC bekerjasama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar Nexus
pertama, yakni Nexus
One. Seri ini telah
diperbarui dengan perangkat yang lebih baru, misalnya telepon pintar Nexus 4 dan tablet Nexus
10 yang diproduksi
oleh LG dan Samsung.
Pada 13 Maret 2013, Larry Page mengumumkan dalam postingan blognya bahwa Andy Rubin
telah pindah dari divisi Android untuk mengerjakan proyek-proyek baru di
Google. Ia digantikan oleh Sundar Pichai, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala divisi Google
Chrome yang mengembangkan Chrome OS.
2.3 Deskripsi Android
A. Antarmuka
Antarmuka
pengguna pada Android didasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan masukan sentuh yang serupa
dengan tindakan di dunia nyata, misalnya menggesek (swiping), mengetuk (tapping),
dan mencubit (pinching), untuk memanipulasi obyek di layar. Masukan
pengguna direspon dengan cepat dan juga tersedia antarmuka sentuh layaknya
permukaan air, seringkali menggunakan kemampuan getaran perangkat untuk
memberikan umpan balik haptik kepada pengguna. Perangkat keras internal seperti akselerometer, giroskop, dan sensor proksimitas digunakan oleh beberapa aplikasi untuk
merespon tindakan pengguna, misalnya untuk menyesuaikan posisi layar dari
potret ke lanskap, tergantung pada bagaimana perangkat diposisikan, atau
memungkinkan pengguna untuk mengarahkan kendaraan saat bermain balapan dengan
memutar perangkat sebagai simulasi kendali setir.
Layar notifikasi pada ponsel Android.
Ketika
dihidupkan, perangkat Android akan boot pada layar depan (homescreen),
yakni navigasi utama dan pusat informasi pada perangkat, serupa dengan desktop pada komputer pribadi. Layar depan Android biasanya terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon aplikasi
berfungsi untuk menjalankan aplikasi terkait, sedangkan widget menampilkan
konten secara langsung dan terbarui otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak
masuk surel pengguna, atau
menampilkan tiker berita secara langsung dari layar depan. Layar depan bisa
terdiri dari beberapa halaman, pengguna dapat menggeser bolak balik antara satu
halaman ke halaman lainnya, yang memungkinkan pengguna Android untuk mengatur
tampilan perangkat sesuai dengan selera mereka. Beberapa aplikasi pihak ketiga
yang tersedia di Google Play dan di toko aplikasi lainnya secara
ekstensif mampu mengatur kembali tema layar depan Android, dan bahkan bisa
meniru tampilan sistem operasi lain, misalnya Windows Phone. Kebanyakan produsen telepon seluler dan operator
nirkabel menyesuaikan tampilan perangkat Android buatan mereka untuk
membedakannya dari pesaing mereka.
Di bagian atas
layar terdapat status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan
konektivitasnya. Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka
layar notifikasi yang menampilkan informasi penting atau pembaruan aplikasi,
misalnya surel diterima atau SMS masuk, dengan cara tidak mengganggu kegiatan
pengguna pada perangkat. Pada versi awal Android, layar notifikasi ini bisa
digunakan untuk membuka aplikasi yang relevan, namun setelah diperbarui, fungsi
ini semakin disempurnakan, misalnya kemampuan untuk memanggil kembali nomor
telepon dari notifikasi panggilan tak terjawab tanpa harus membuka aplikasi
utama. Notifikasi ini akan tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau dihapus dan di
nonaktifkan oleh pengguna.
B. Aplikasi
Android
memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang
diperoleh dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon Appstore, ataupun dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari situs pihak
ketiga. Di Google Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui
aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga, sesuai
dengan persyaratan kompatibilitas Google. Google Play akan menyaring daftar aplikasi
yang tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan
pengembang dapat membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara
tertentu untuk alasan bisnis. Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan keinginan
pengguna dapat dikembalikan dalam waktu 15 menit setelah pengunduhan. Beberapa
operator seluler juga menawarkan tagihan langsung untuk pembelian aplikasi di
Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian aplikasi pada tagihan
bulanan pengguna. Pada bulan September 2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi
yang tersedia untuk Android, dan perkiraan jumlah aplikasi yang diunduh dari
Play Store adalah 25 miliar.
Aplikasi Android
dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan menggunakan kit pengembangan perangkat lunak Android (SDK). SDK ini terdiri dari seperangkat
perkakas pengembangan, termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak, emulator handset yang berbasis QEMU, dokumentasi, kode sampel, dan tutorial.
Didukung secara resmi oleh lingkungan
pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan plugin Android Development
Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang tersedia di antaranya adalah Native Development Kit untuk aplikasi atau ekstensi dalam C atau
C++, Google App Inventor, lingkungan visual untuk pemrogram pemula,
dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler lintas platform.
Dalam rangka
menghadapi penyensoran Internet di Republik Rakyat Cina, perangkat Android yang dijual di RRC
umumnya disesuaikan dengan layanan yang disetujui oleh negara.
2.4 Pengembangan Sistem Operasi Android
A. Pengembangan
Android dikembangkan
secara pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap untuk
dirilis, dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada
publik. Kode
sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu,
biasanya pada seri Nexus. Ada binari tersendiri yang disediakan oleh produsen
agar Android bisa beroperasi. Logo Android yang berwarna hijau dirancang oleh
desainer grafis Irina Blok.
Diagram
arsitektur
Android terdiri dari kernel yang berbasis kernel Linux versi 3.x (versi 2.6 pada Android 4.0 Ice Cream
Sandwich dan pendahulunya). Peranti
tengah, perpustakaan
perangkat lunak, dan API ditulis dalam C, dan perangkat lunak
aplikasi berjalan pada kerangka kerja aplikasi, termasuk perpustakan kompatibel-Java yang
berbasis Apache
Harmony. Android
menggunakan mesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik
Executable), biasanya diterjemahkan dari kodebit
Java. Platform
perangkat keras utama pada Android adalah arsitektur ARM. Ada juga dukungan untuk x86 dari proyek Android-x86, dan Google TV menggunakan
versi x86 khusus Android. Pada tahun 2013, Freescale mengumumkan melibatkan Android dalam prosesor
i.MX buatannya, yakni seri i.MX5X dan i.MX6X.
Pada 2012, prosesor Intel juga mulai muncul pada platform utama
Android, misalnya pada telepon seluler.
Arsitektur kernel Linux
pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus pengembangan
kernel Linux biasa. Secara standar, Android tidak memiliki X Window System asli ataupun dukungan set lengkap dari perpustakaan GNU standar. Oleh
sebab itu, sulit untuk memporting perpustakaan atau aplikasi Linux pada
Android. Dukungan untuk
aplikasi simpel C dan SDL bisa dilakukan
dengan cara menginjeksi shim Java dan
menggunakan JNI, misalnya pada port Jagged Alliance 2 untuk Android.
Salah satu fitur yang
coba disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen daya
yang disebut "wakelocks", namun fitur ini ditolak oleh pengembang
kernel utama karena mereka merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk
mengembangkan kodenya sendiri. Pada bulan April 2010, Google mengumumkan bahwa
mereka akan menyewa dua karyawan untuk mengembangkan komunitas kernel Linux,
namun, Greg Kroah-Hartman, pengelola kernel Linux versi stabil,
menyatakan pada bulan Desember 2010; ia khawatir bahwa Google tak lagi berusaha
untuk mengubah kode utama Linux. Beberapa pengembang Android di Google
mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai jenuh dengan proses ini",
karena mereka hanyalah tim kecil dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang
mendesak demi keberlangsungan Android.
Pada Agustus 2011, Linus Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan
kembali pada kernel umum, tapi mungkin hanya untuk empat atau lima tahun
kedepan". Pada Desember 2011, Greg Kroah-Hartman mengumumkan dimulainya
Android Mainlining Project, yang bertujuan untuk mengembalikan beberapa pemacu, patch, dan
fitur Android pada kernel Linux, yang dimulai dengan Linux 3.3. Setelah upaya
sebelumnya gagal, Linux akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan autosleep pada
kernel 3.5. Antarmukanya masih sama, namun implementasi Linux yang baru
memiliki dua mode suspend berbeda: suspend ke penyimpanan (suspend
tradisional yang digunakan oleh Android), dan ke cakram (hibernasi, serupa
dengan fitur yang ada pada desktop). Penyertaan fitur baru ini akan rampung
pada Kernel 3.8, Google telah membuka repositori kode publik yang berisi karya
eksperimental mereka untuk mendesain ulang Android dengan Kernel 3.8.
Memori kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi
menjadi beberapa partisi, misalnya "/system" untuk sistem operasi,
dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data pengguna. Berbeda
dengan distribusi desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak diberikan
akses root pada sistem operasi, dan partisi sensitif
seperti /system bersifat read-only. Namun, akses root dapat diperoleh dengan
cara memanfaatkan kelemahan keamanan pada Android, cara ini sering digunakan
oleh komunitas sumber
terbuka untuk
meningkatkan kinerja perangkat mereka, namun juga bisa dimanfaatkan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat perusak.
Terkait dengan masalah
apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih diperdebatkan
secara luas. Linux Foundation dan Chris
DiBona, kepala sumber
terbuka Google, mendukung hal ini. Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi
Google Patrick Brady, menentangnya, ia beralasan bahwa Android kurang mendukung
sebagian besar perkakas GNU, termasuk glibc.
B. Deskripsi Perkembangan Versi Android
1. Andoid
versi 1.1
Pada tanggal 9 Maret 2009, google merilis android versi 1.1.
Android versi ini dilengkapi dengan pembaharuan estetis pada aplikasi, jam
alarm, voice search 9pencarian suara), pengiriman pesan dengan gmail (dan
pemberitahuan email).
2. Android
versi 1.5 (Cupcake)
Pada pertengahan Mei 2009, google merilis telepon selular dengan
menggunakan android dan SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5
(Cupcake). Terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur
dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video dengan modus
kamera, mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari telepon,
dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset
Bluetooth, animasi layar dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan sistem.
3. Android
versi 1.6 (Donut)
Donut (versi 1.6) dirilis pada September 2009 dengan menampilkan
proses pencarian yang lebih baik dari sebelumnya, penggunaan indikator dan
kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna
untuk memilih foto yang akan dihapus, kamera, camcorder dan galeri yang
diintegrasikan, CDMA/EVDO, 802.1x, VPN, Gesture, dan Text-to-speech engine,
kemampuan dial kontak, teknologi text to change (tersedia pada semua ponsel)
dan pengadaan resolusi VWGA.
4. Android
versi 2.0/2.1 (Éclair)
Pada tanggal 3 Desember 2009 kembali
diluncurkan ponsel android dengan versi 2.0/2.1 (Éclair), perubahan yang
dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan google maps 3.1.2,
perubahan UI dengan dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang
baru, dukungan flash untuk kamera 3.2 MP, digital zoom, dan Bluetooth 2.1.
Untuk bergerak cepat dalam persaingan perangkat generasi berikut, Google
melakukan investasi dengan mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik, (killer
apps-aplikasi unggulan). Kompetisi ini berhadiah $25,000 bagi setiap pengembang
apliksi terpilih. Kompetisi diadakan selama dua tahap yang tiap tahapnya
dipilih 50 aplikasi terbaik. Dengan semakin berkembangnya dan semakin
bertambahnya jumlah handset Android, semakin banyak pihak ketiga yang berminat
untuk menyalurkan aplikasi mereka kepada sistem operasi Android. Aplikasi
terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi Android adalah Shazam,
Backgrounds, dan WeatherBug.
Sistem operasi Android dalam situs Internet
juga di angap penting untuk menciptakan aplikasi Android asli, contohnya oleh
MySpace dan Facebook.
5. Android
versi 2.2 (Froyo: Frosen Yoghurt)
Pada tanggal 20 Mei 2010, Android versi 2.2
(Froyo) diluncurkan. Perubahan-perubahan umumnya terhadap versi-versi
sebelumnya antara lain dukungan Adobe Flash 10.1, kecepatan kinerja dan
aplikasi 2 sampai 5 kali lebih cepat, intergrasi V8 JavaScript engine yang
dipakai Google Chrome yang mencermatkan kemampuan rendering pada browser,
pemasangan aplikasi dalam SD Card, kemampuan WiFi Hotspot portabel, dan
kemampuan auto update dalam aplikasi Android Market.
6. Android
versi 2.3 (Gingerbread)
Pada tanggal 6 Desember 2010, Android versi
2.3 (Gingerbread) diluncurkan. Perubahan-perubahan umum yang didapat dari
Android versi ini antara lain peningkatan kemampuan permainan (gaming),
peningkatan fungsi copy paste, layar antarmuka (User Interface) didesain ulang,
dukungan format video VP8 dan WebM, efek audio baru (reverb, equalization,
headphone virtualization, dan bass boost), dukungan kemampuan Near Field
Communication (NFC), dan dukungan jumlah kamera yang lebih dari satu.
7. Android
versi 3.0/3.1 (Honeycomb)
Android Honeycomb dirancang khusus untuk
tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User
Interface pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk tablet.
Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras
(hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat dengan menjalankan
Honeycomb adalah Motorola Xoom. Perangkat tablet dengan platform Android 3.0
akan segera hadir di Indonesia. Perangkat tersebut bernama Eee Pad Transdformer
produksi dari Asus. Rencana masuk pasar Indonesia pada Mei 2001.
8. Android
versi 4.0 (ICS: Ice Cream Sandwich)
Diumumkan pada tanggal 19 Oktober 2011,
membawa fitur Honeycomb untuk smartphone dan menambahkan fitur baru termasuk
membuka kunci dengan pengenalan wajah, jaringan data pemantauan penggunaan dan
kontrol, terpadu kontak jaringan sosial, perangkat tambahan fotograsi, mencari
e-mail secara offline, dan berbagi informasi dengan menggunakan NFC.
9. Android
Jelly Bean (4.1)
Android Jelly Bean lebih memofuskan fiturnya
ke peningkatan User Interface yanga lebih lancar dan responsif. Di versi ini
juga menandai hadirnya fitur Google Now yang memberikan saran dan rekomendasi
berdasarkan data-data yang tersimpan (kontak, kalender, lokasi, dll) di
Handphone.
10. Android
KitKat (4.4)
Versi android yang terbaru, yakni diluncurkan
pada tanggal 31 Oktober 2013. Android 4.4 KitKat menggunakan merk dari produk
coklat Nestle, dengan platform sistem operasi Android terbaru dari google
menawarkan rasa terbaru serta pengalaman terbaru bagi semua orang yang
menggunakan yang dikabarkan akan diintegrasi android ke perangkat jam tangan
pintar smartwatch, perangkat game dan gadget elektronik canggih lainnya.
KitKat dirancang agar bisa berjalan di
perangkat mobile yang memiliki RAM 512 MB, spesifikasi minimum yang biasanya
dijumpai pada ponsel lower-end. Menurut Pichai, handset lower-end biasanya
menggunakan sistem operasi Android Gingerbread atau Ice Cream Sandwich karena
keterbatasan memori.
Salah satu fitur unggulan KitKat adalah adanya
fitur perintah suara (voice command). Pencarian dengan suara diklaim 25 persen
lebih akurat. Bahkan jika telepon Anda dalam keadaan standby, Anda bisa
melakukan pencarian dengan mengucapkan kombinasi kata tertentu seperti “OK Google”
dan kemudian katakan apa yang inginkan Anda cari.
Tabel Perkembangan Versi Android
Versi
|
Nama kode
|
Tanggal rilis
|
Level API
|
Distribusi
|
31
Oktober 2013
|
19
|
-
|
||
24 Juli
2013
|
18
|
-
|
||
13
November 2012
|
17
|
6,5%
|
||
9 Juli
2012
|
16
|
34,0%
|
||
16
Desember 2011
|
15
|
22,5%
|
||
15 Juli
2011
|
13
|
0,1%
|
||
10 Mei
2011
|
12
|
0,0%
|
||
9
Februari 2011
|
10
|
33,0%
|
||
6
Desember 2010
|
9
|
0,1%
|
||
20 Mei
2010
|
8
|
2,5%
|
||
26
Oktober 2009
|
7
|
1,2%
|
||
15
September 2009
|
4
|
0,1%
|
||
30 April
2009
|
3
|
0%
|
C. Pengelolaan Memori
Karena perangkat Android
umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola memori (RAM) guna menjaga
konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang bisa
terhubung pada sumber daya listrik tak terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android
tidak lagi digunakan, sistem secara otomatis akan menangguhkannya (suspend)
dalam memori – secara teknis aplikasi tersebut masih "terbuka",
namun dengan ditangguhkan, aplikasi tidak akan mengkonsumsi sumber daya
(misalnya daya baterai atau daya pemrosesan), dan akan "diam" di
latar belakang hingga aplikasi tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki
manfaat ganda, tidak hanya meningkatkan respon perangkat Android karena
aplikasi tidak perlu ditutup dan dibuka kembali dari awal setiap saat, tetapi
juga memastikan bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang tidak
menghabiskan daya secara sia-sia.
Android mengelola
aplikasi yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem
akan menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu,
aplikasi akan dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir
digunakan. Proses ini tidak terlihat oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu
mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara manual. Namun, kebingungan
pengguna atas pengelolaan memori pada Android telah menyebabkan munculnya
beberapa aplikasi task killer pihak ketiga yang populer di Google Play.
D. Jadwal Pembaruan
Google menyediakan
pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam sampai
sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui udara (OTA). Pembaruan utama terbaru adalah Android 4.4 KitKat.
Dibandingkan dengan
sistem operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan
Android biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk
perangkat selain merek Nexus, pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam waktu
berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya variasi perangkat keras Android, sehingga setiap pembaruan harus disesuaikan
secara khusus, misalnya: kode sumber resmi Google hanya berjalan pada perangkat
Nexus. Porting Android pada
perangkat keras tertentu yang dilakukan oleh produsen telepon seluler membutuhkan
waktu dan proses, para produsen ini umumnya mengutamakan perangkat terbaru
mereka untuk menerima pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat lama. Oleh
sebab itu, telepon pintar lama seringkali tidak diperbarui jika produsen
memutuskan bahwa itu hanya menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya perangkat
tersebut mampu menerima pembaruan. Masalah ini diperparah ketika produsen
menyesuaikan Android dengan antarmuka dan aplikasi ciptaan mereka, yang mana
ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru. Penundaan lainnya
juga bisa disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan dari
produsen ponsel, operator akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka,
misalnya melakukan pengujian ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim
pembaruan kepada pengguna.
Kurangnya dukungan
pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan kritikan
dari para konsumen dan media teknologi. Beberapa pengkritik menyatakan bahwa
industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui perangkat mereka,
seperti tidak adanya pembaruan bagi perangkat lama dan memperbarui perangkat
yang baru dengan tujuan meningkatkan penjualan, sikap yang mereka sebut
"menghina". The Guardian melaporkan bahwa metode pembaruan yang rumit
terjadi karena produsen ponsel dan operator-lah yang telah merancangnya seperti
itu. Pada 2011, Google, yang bekerjasama dengan sejumlah perusahaan industri,
membentuk "Android Update Alliance", dengan janji bahwa mereka akan
memberikan pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat dalam jangka 18
bulan setelah dirilisnya versi resmi. Sejak didirikan hingga tahun 2013,
aliansi ini tak pernah disebut-sebut lagi.
E. Komunitas Sumber Terbuka
Android memiliki
komunitas pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber Android
untuk mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan
mereka. Komunitas pengembang ini seringkali memberikan pembaruan dan
fitur-fitur baru bagi perangkat lebih cepat jika dibandingkan dengan
produsen/operator, meskipun pembaruan tersebut tidak menjalani pengujian
ekstensif atau tidak memiliki jaminan kualitas. Mereka berupaya untuk terus
memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang tak lagi menerima
pembaruan resmi, ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa berjalan
dengan menggunakan sistem operasi lain, misalnya HP
TouchPad. Komunitas ini
seringkali merilis pembaruan bagi perangkat pra-rooted, dan berisi modifikasi yang tidak cocok bagi pengguna
non-teknis, misalnya kemampuan untuk overclock atau over/undervolt prosesor perangkat. CyanogenMod adalah perangkat tegar (firmware) komunitas yang paling banyak
digunakan, dan menjadi dasar bagi sejumlah firmware lainnya.
Secara historis, produsen
perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung pengembangan firmware
oleh pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi yang tidak sesuai
jika perangkat menggunakan perangkat lunak yang tidak resmi, sehingga akan menyebabkan munculnya
biaya tambahan. Selain itu, firmware modifikasi seperti CyanogenMod
kadang-kadang menawarkan fitur yang membuat operator harus mengeluarkan biaya
premium, misalnya tethering. Akibatnya, kendala teknis seperti
terkuncinya bootloader dan terbatasnya akses untuk root
umumnya bisa ditemui di kebanyakan perangkat Android. Namun, perangkat lunak
buatan komunitas pengembang semakin populer, dan setelah Kongres Pustakawan
Amerika Serikat mengizinkan "jailbreaking" perangkat seluler, produsen ponsel dan operator
mulai memperlunak sikap mereka terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa
produsen ponsel, termasuk HTC, Motorola, Samsung dan Sony, mulai memberikan dukungan dan mendorong
pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai hasilnya, kendala pembatasan perangkat keras untuk memasang firmware tidak resmi
mulai berkurang secara bertahap setelah meningkatnya jumlah perangkat yang
memiliki kemampuan untuk membuka bootloader, sama dengan seri ponsel
Nexus, meskipun pengguna harus kehilangan garansi perangkat mereka
jika melakukannya. Akan tetapi, meskipun produsen ponsel telah menyetujui
pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler di Amerika Serikat masih mewajibkan ponsel penggunanya untuk
"dikunci".
Kemampuan untuk membuka
dan meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi sumber
perdebatan antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa
pengembangan tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan
yang tepat waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi
terbaru bagi perangkat mereka.
2.5 Keamanan dan Privasi
Aplikasi Android berjalan
di sandbox, sebuah area terisolasi yang tidak memiliki akses pada
sistem, kecuali izin akses yang secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika
memasang aplikasi. Sebelum memasang aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin yang diperlukan, misalnya:
sebuah permainan perlu mengaktifkan getaran atau menyimpan data pada Kartu SD, tapi tidak perlu izin untuk membaca SMS
atau mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut, pengguna dapat
memilih untuk menerima atau menolaknya, dan bisa memasang aplikasi hanya jika
mereka menerimanya.
Sistem sandbox dan
perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan terhadap bug pada aplikasi,
namun ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah menghasilkan
aplikasi yang secara rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga mengurangi
efektivitasnya. Beberapa perusahaan keamanan perangkat lunak seperti Avast, Lookout Mobile Security, AVG Technologies, dan McAfee, telah merilis perangkat lunak antivirus
ciptaan mereka untuk perangkat Android. Perangkat lunak ini sebenarnya tidak
bekerja secara efektif karena sandbox juga bekerja pada aplikasi tersebut,
sehingga membatasi kemampuannya untuk memindai sistem secara lebih mendalam.
Izin aplikasi di Play Store
Hasil penelitian
perusahaan keamanan Trend
Micro menunjukkan
bahwa penyalahgunaan layanan premium adalah tipe perangkat perusak (malware) paling umum yang menyerang
Android; pesan teks akan dikirim dari ponsel yang telah terinfeksi ke nomor
telepon premium tanpa persetujuan atau sepengetahuan pengguna. Perangkat
perusak lainnya akan menampilkan iklan yang tidak diinginkan pada perangkat,
atau mengirim informasi pribadi pada pihak ketiga yang tak berwenang. Ancaman
keamanan pada Android dilaporkan tumbuh secara eksponensial, namun teknisi di
Google menyatakan bahwa perangkat perusak dan ancaman virus pada Android hanya
dibesar-besarkan oleh perusahaan antivirus untuk alasan komersial, dan menuduh
industri antivirus memanfaatkan situasi tersebut untuk menjual produknya kepada
pengguna. Google menegaskan bahwa keberadaan perangkat perusak berbahaya pada
Android sebenarnya sangat jarang, dan survei yang dilakukan oleh F-Secure
menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari perangkat perusak Android yang berasal dari
Google Play.
Google baru-baru ini
menggunakan pemindai perangkat perusak Google
Bouncer untuk mengawasi
dan memindai aplikasi di Google Play. Tindakan
ini bertujuan untuk menandai aplikasi yang mencurigakan dan memperingatkan
pengguna atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka mengunduhnya.
Android versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada tahun 2012 dengan fitur
keamanan yang ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat perusak yang disertakan
dalam sistem; pemindai ini tidak hanya memeriksa aplikasi yang dipasang dari
Google Play, namun juga bisa memindai aplikasi yang diunduh dari situs-situs
pihak ketiga. Sistem akan memberikan peringatan yang memberitahukan pengguna
ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks premium, dan memblokir pesan tersebut,
kecuali jika pengguna mengizinkannya.
Telepon pintar Android
memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi, terutama jika
pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi
fisik dari ratusan juta titik akses tersebut. Basis data ini membentuk peta
elektronik yang bisa memosisikan lokasi telepon pintar. Hal ini memungkinkan
pengguna untuk menjalankan aplikasi seperti Foursquare, Google Latitude, Facebook Places, dan untuk mengirimkan iklan berbasis lokasi. Beberapa
perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi saat informasi
pribadi dikirim dari aplikasi ke server jarak jauh. Sifat sumber terbuka
Android memungkinkan kontraktor keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan
penggunaan yang sangat aman. Misalnya, Samsung bekerjasama dengan General
Dynamics melalui proyek "Knox" Open Kernel Labs.
2.6 Lisensi
Kode sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber terbuka dan bebas. Google menerbitkan sebagian besar kode
(termasuk kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi Apache versi 2.0. Sisanya, perubahan kernel Linux berada di bawah GNU General
Public License versi 2. Open Handset Alliance mengembangkan perubahan kernel Linux dengan
kode sumber terbuka yang dipubikasikan setiap saat. Selebihnya, Android dikembangkan
secara pribadi oleh Google, dengan kode sumber yang diterbitkan untuk
umum ketika versi baru diluncurkan. Biasanya Google bekerjasama dengan produsen
perangkat keras untuk mengembangkan sebuah perangkat "andalan"
(misalnya seri Google Nexus) yang disertai dengan versi baru Android, kemudian
menerbitkan kode sumbernya setelah perangkat tersebut dirilis.
Pada awal 2011, Google
memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang dirilis
dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy Rubin dalam sebuah posting blog resmi Android, alasannya
karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola
Xoom, dan Google
tidak ingin pihak ketiga "memperburuk pengalaman pengguna" dengan
mencoba mengoperasikan versi Android yang ditujukan untuk tablet pada telepon
pintar. Kode sumber tersebut akhirnya dipublikasikan pada bulan November 2011
dengan dirilisnya Android 4.0 Ice Cream Sandwich.
Meskipun bersifat
terbuka, produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek dagang Android Google seenaknya, kecuali Google menyatakan
bahwa perangkat tersebut sesuai dengan Compatibility Definition Document (CDD)
mereka. Perangkat juga harus memenuhi lisensi persyaratan aplikasi sumber
tertutup Google, termasuk Google Play. Richard Stallman dan Free Software
Foundation telah mengkritik
mengenai rumitnya permasalahan merek Android ini, dan merekomendasikan sistem
operasi alternatif seperti Replicant. Mereka
berpendapat bahwa pemacu peranti dan perangkat tegar yang diperlukan untuk mengoperasikan Android bersifat
eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat lunak berbayar.
2.7 Penerimaan Sistem Operasi Android
A. Penerimaan
Android disambut dengan
hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis terkesan dengan
perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk Open
Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia
mengganti sistem operasinya dengan Android. Gagasan mengenai sumber terbuka dan
platform pengembangan berbasis Linux telah menarik minat para
pakar teknologi, tapi juga muncul kekhawatiran mengenai persaingan ketat yang
akan dihadapi Android dengan pemain mapan di pasar telepon pintar seperti Nokia dan Microsoft. Nokia
menanggapinya dengan menyatakan: "kami tidak melihat ini sebagai
ancaman," sementara salah satu anggota tim Windows Mobile Microsoft menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak
apa yang akan mereka hasilkan."
Android dengan cepat
tumbuh menjadi sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan,
dan menjadi "salah satu sistem operasi seluler tercepat yang pernah
ada." Para peninjau memuji sifat sumber terbuka Android sebagai salah satu
kekuatan yang menentukan keberhasilannya, memungkinkan perusahaan-perusahaan
seperti Amazon (Kindle
Fire), Barnes & Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang
lainnya, untuk berbondong-bondong merilis perangkat lunak dan perangkat keras
yang bisa beroperasi pada versi Android. Alhasil, situs teknologi Ars
Technica menyebut Android
sebagai "sistem operasi standar untuk meluncurkan perangkat keras
baru" bagi perusahaan tanpa harus memiliki platform seluler sendiri. Sifat
Android yang terbuka dan fleksibel juga dinikmati oleh pengguna: Android
memungkinkan penggunanya untuk mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif,
dan aplikasi juga tersedia bebas di toko aplikasi non-Google dan di situs-situs
pihak ketiga. Faktor ini menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh
ponsel Android jika dibandingkan dengan ponsel lainnya.
Meskipun Android sangat
populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi dari iOS, ada laporan
yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk mereka secara
maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi penghasil
uang, seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya. The Verge berpendapat
bahwa Google telah kehilangan kontrol terhadap Android karena luasnya
kustomisasi yang bisa dilakukan oleh pengembang dan pengguna, juga karena
tingginya proliferasi aplikasi dan layanan non-Google – misalnya Amazon Kindle
Fire mengarahkan
pengguna untuk mengunjungi Amazon app store, yang bersaing langsung dengan
Google Play. SVP Google, Andy Rubin, yang posisinya sebagai kepala divisi Android digantikan
pada bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam membangun kemitraan yang
sehat dengan para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di
pasar global adalah Samsung; salah satu produknya, Galaxy, berperan penting dalam pengenalan merek
Android sejak tahun 2011. Sedangkan produsen ponsel Android lainnya seperti LG,
HTC, dan Motorola Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk
memasarkan produknya sejak tahun 2011. Ironisnya, di saat Google tidak
mendapatkan apapun dari hasil penjualan produk Android secara langsung, Microsoft dan Apple malah berhasil
memenangkan gugatan atas pembayaran royalti paten dari produsen
perangkat Android.
B. Tablet
Meskipun sukses di
telepon pintar, pengadopsian Android untuk komputer tablet awalnya berjalan lambat. Salah satu penyebab utamanya
adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam atau telur", di mana konsumen ragu-ragu untuk membeli tablet
Android karena kurangnya aplikasi tablet yang berkualitas tinggi, di sisi lain,
para pengembang juga ragu-ragu untuk menghabiskan waktu dan sumber daya mereka
untuk mengembangkan aplikasi tablet sampai tersedianya pasar yang signifikan
bagi produk tersebut. Konten dan "ekosistem" aplikasi terbukti lebih
penting jika dibandingkan dengan spesifikasi perangkat keras setelah dimulainya penjualan tablet.
Karena kurangnya aplikasi untuk tablet pada 2011, tablet Android awalnya
terpaksa harus memasang aplikasi yang diperuntukkan bagi telepon pintar,
sehingga ukuran layarnya tidak cocok dengan layar tablet yang besar. Selain
itu, lambannya pertumbuhan tablet Android juga disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang
memiliki banyak aplikasi iOS yang kompatibel dengan tablet.
Pertumbuhan aplikasi
tablet Android perlahan-lahan mulai meningkat, namun, di saat yang bersamaan,
sejumlah besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP
TouchPad dan BlackBerry
PlayBook juga dirilis ke
pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad. InfoWorld menjuluki bisnis
ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang investasi
rendah jangka pendek yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar Android yang
dioptimalkan (sebelum Android 3.0 Honeycomb untuk tablet dirilis) pada
perangkat dengan mengabaikan antarmuka pengguna. Pendekatan ini gagal meraih
traksi pasar dengan konsumen serta memperburuk reputasi tablet Android.
Terlebih lagi, beberapa tablet Android seperti Motorola
Xoom dibanderol
dengan harga yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin memperburuk
penjualan. Pengecualian ada pada Kindle
Fire Amazon, yang dijual
dengan harga lebih murah dan kemampuan untuk mengakses konten dan "ekosistem"
aplikasi Amazon.
Hal ini mulai berubah
pada tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus 7, dan adanya dorongan dari Google kepada para
pengembang untuk menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik. Pangsa pasar
tablet Android akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.
C. Pangsa pasar dan Tingkat Pengadopsian
Perusahaan riset Canalys
memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki pangsa penjualan
telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia. Pada kuartal keempat 2010, jumlah
ini melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon pintar
terlaris di dunia. Hingga kuartal ketiga 2011, Gartner memperkirakan lebih dari setengah (52,5%)
pasar telepon pintar global dikuasai oleh Android. Menurut IDC, pada kuartal
ketiga 2012, Android menguasai 75% pangsa pasar telepon pintar global.
Pada bulan Juli 2011,
Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru yang
diaktifkan setiap harinya, meningkat dari 400.000 per hari pada bulan Mei, dan
secara total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah diaktifkan di seluruh
dunia, dengan pertumbuhan 4,4% per minggu. Pada bulan September 2012, 500 juta
perangkat Android telah diaktifkan, dengan 1,3 juta aktivasi per hari. Pada Mei
2013, di Google
I/O, Sundar Pichai
mengumumkan bahwa total perangkat Android yang telah diaktifkan berjumlah 900
juta.
Pangsa pasar Android
bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android di Amerika Serikat adalah 52%, dan meningkat hingga 90 % di RRC. Selama kuartal
ketiga 2012, pangsa pasar telepon pintar Android di seluruh dunia adalah 75%,
dengan total perangkat yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan 1,5 juta aktivasi
per hari.
Pada bulan Maret 2013,
pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk
Samsung, yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa
platform besutan Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan
perangkat telepon pintar di RRC selama periode ini. Masih pada periode yang
sama, tingkat loyalitas terhadap penggunaan produk-produk Samsung di Inggris (59%) adalah
yang tertinggi kedua setelah Apple (79%).
E. Pembajakan Aplikasi
Ada beberapa kekhawatiran
mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak. Pada bulan Mei
2012, Eurogamer, pengembang Football Manager, menyatakan bahwa rasio pemain bajakan vs pemain asli
adalah 9:1 pada permainan buatan mereka. Namun, tidak semua pengembang mempermasalahkan
tingkat pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang permainan Wind-up Knight
mengungkapkan bahwa tingkat pembajakan pada permainan mereka hanya 12%, dan
sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang pengguna Android-nya tidak
bisa membeli aplikasi dari Google Play.
Pada 2010, Google merilis
sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk digunakan dalam
aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google
menjawab bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para
pengembang untuk memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
mereka, bukan sebagai solusi untuk mengakhiri pembajakan. Pada tahun 2012,
Google merilis sebuah fitur dalam Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi
berbayar sehingga aplikasi tersebut hanya bisa berjalan pada perangkat tempat
mereka dibeli, namun fitur ini dinonaktifkan untuk sementara karena masalah
teknis.
2.8 Masalah Kekayaan Intelektual
Baik Android maupun
produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten. Pada tanggal 12
Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan pelanggaran
hak cipta dan paten yang berhubungan dengan bahasa pemrograman Java. Oracle awalnya menuntut ganti rugi sebesar
$6,1 miliar, namun tuntutan ini ditolak oleh pengadilan federal Amerika
Serikat, yang meminta Oracle untuk merevisi gugatannya. Sebagai tanggapan,
Google mengajukan beberapa pembelaan, mengklaim bahwa Android tidak melanggar
paten atau hak cipta Oracle, bahwa paten Oracle tidak valid, dan
beberapa pembelaan lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa Android berbasis pada
Apache
Harmony, implementasi clean room perpustakaan kelas Java, dan secara independen
mengembangkan mesin virtual yang disebut Dalvik. Pada bulan Mei
2012, juri dalam kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle,
dan hakim memutuskan bahwa struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak
memiliki hak cipta.
Selain tuntutan secara
langsung terhadap Google, berbagai "perang
proksi" juga
dilancarkan terhadap Android secara tidak langsung dengan menargetkan produsen
perangkat Android, dengan tujuan untuk memperkecil peluang produsen tersebut
mengadopsi platform Android dan meningkatkan biaya peluncuran produk Android ke
pasaran. Apple dan Microsoft menggugat
beberapa produsen perangkat Android terkait masalah pelanggaran paten; tuntutan
Apple yang berkepanjangan terhadap Samsung menjadi kasus yang sangat
terpublikasi. Pada Oktober 2011, Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah
menandatangani perjanjian lisensi paten dengan sepuluh produsen ponsel yang
produk-produknya menguasai 55% pasar global perangkat Android, termasuk Samsung dan HTC. Kasus
pelanggaran paten antara Samsung dan Microsoft berakhir dengan kesepakatan
bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk mengembangkan
dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows Phone besutan Microsoft.
Google secara terbuka
menyatakan kefrustrasiannya dalam menghadapi gugatan pelanggaran paten di
Amerika Serikat, menuduh bahwa Apple, Oracle, dan Microsoft sedang berupaya
untuk melemahkan kedigjayaan Android melalui litigasi paten, alih-alih
berinovasi dan bersaing dengan cara menciptakan produk dan layanan yang lebih
baik. Pada 2011-2012, Google membeli Motorola Mobility seharga $12,5 miliar. Upaya ini dipandang
sebagai langkah pertahanan Google untuk melindungi Android, karena Motorola
Mobility memegang lebih dari 17.000 hak paten. Pada Desember 2011, Google juga
membeli lebih dari seribu paten dari IBM.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa android adalah sebuah sistem operasi pada handphone yang bersifat terbuka
dan berbasis pada sistem operasi Linux, dan telah memberikan kekuatan baru bagi
jutaan ponsel, tablet, dan perangkat lain yang membawa kecepatan Google dan
web. Perkembangan android berjalan cepat dimulai akhir tahun 2007 sampai
sekarang karena cara pemasaran dilakukan secara rapi dan terencana. Android
memiliki fakta-fakta unik, diantaranya android merupakan sistem operasi mobile nomor 1 di dunia, sistem operasi
android menggunakan nama makanan, memiliki pasar pribadi, android memiliki
pertumbuhan tercepat, android berdiri sendiri pada awalnya, presiden Amerika,
Barrack Obama menggunakan android. Hal-hal unik semacam itu membuktikan bahwa
dimulai dari sejarah android dan permulaan pengembangannya, android memang
memiliki potensi akan berkembang dengan pesat, dan dapat mengalahkan operasi
sistem mobile yang lain.
Bagi saya sendiri sebagai salah satu pamakai smartphone yang menggunakan OS
android merasa cukup terbantu baik itu untuk komunikasi non formal juga untuk
kegiatan formal seperti pekerjaan di kantor dan aktivitas kuliah.
3.2
Saran
Uraian di atas telah
penulis sampaikan mengenai sistem operasi android sebagai salah satu trend di
masa sekarang. Meski demikian dalam suatu penciptaan hasil kreasi dari manusia
tiada yang sempurna seperti dalam peribahasa “tiada gading yang tak retak”.
Oleh sebab itu penulis ingin memberikan saran untuk pengembangan versi dalam
sistem android ini bisa diiikuti oleh handphone yang memakai versi terdahulu
dengan cara update versi android di google play dsb.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar